MAKNA SYARIAT PUASA

oleh pada Rabu, 15 Juni 2011
MAKNA SYARIAT PUASA Bandung
MAKNA SYARIAT PUASA
Oleh : Caharis Muanis
Landasan berpuasa
Iman, merupakan kekuatan dahsyat dalam proses pelaksanaan perintah yang penting atau larangan yang berat. Dan orang-orang yang dipanggil Allah dalam Al Qur'an dengan sebutan 'amanu", merupakan penghormatan khusus bagi mereka karena dengan pengetahuan Allah merekalah yang mampu melaksanakan tugas yang diembannya. Berbeda dengan panggilan " hai manusia", hal ini memanggil manusia secara umum, yang beriman, kafir, munafiq, orang-orang Islam, Yahudi Maupun Nasrroni. Misalnya QS Al Baqarah : 21 dan QS Al Hujurat : 13.
Makna كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذينَ مِنْ قَبْلِكُمْ dalam tataran Aqidah dan tauhid :
Akidah secara etimologi berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Akidah ini mempunyai relefansi makna keyakinan yang tersimpul kokoh dalam hati bersifat mengikat dan mengandung perjanjian
Sedangkan secara terminologi akidah adalah perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, yang mendatangkan ketentraman jiwa dan menjadi keyakinan yang tak bercampur dengan keraguan
Pemahaman akidah secara proporsional :
- Fithroh : untuk mengakui kebenaran
- Indra : untuk mencari kebenaran
- Akal : untuk menguji kebenaran
- Wahyu : untuk menjadi pedoman
Puasa tidak didominasi oleh orang-orang Islam saja, orang yang hidup dizaman sekarang saja namun semua umat manusia diwajibkan berpuasa. Nabi Musa pernah puasa 40 hari, Nabi Isa memerintahkan dalam melaksanakan puasa jangan dilagakkan, demikian pula penganut agama Budha Bikshu berpuasa sehari semalam dimulai tengah hari tetapi boleh minum. Dalam agama Mesir kuno juga ada peraturan tentang puasa.
Hal ini menginformasikan bahwa konsep kemanusiaan adalah tunggal, utuh dan tidak terbelah. Tidak ada bedanya antara suku Jawa dengan bugis, antara bangsa Indonesia dengan Jerman, antara manusia berkulit putih dan hitam. Inilah konsep tauhid yang meyakini juga tentang kesatuan kemanusiaan (unity of mankind). Secara urut ajaran tauhid juga mengajarkan keyakinan kesatuan Ketuhan (unity of Godhead), kesatuan penciptaan (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of mankind), kesatuan tuntunan hidup (unity of guidance), kesatuan tujuan hidup (unity of purpose of life).
Kemudahan dalam berpuasa
"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan"[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Dalam kondisi " sakit dan bepergian " solusinya harus mengganti dihari-hari yang lain mulai dari tanggal 2 Syawal sampai tanggal 29 atau 30 Sya'ban, demikian menurut keterangan dari 'Aisyah istri Nabi Muhammad SAW.
Kondisi "sakit dan bepergian" ini yang bisa mengukur adalah orang-orang yang beriman. Sedangkan "safar" menurut kajian fiqih dapat dirujuk kepada masafah (jarak) dan masyaqqh (kesulitan), yang didekati dengan pendekatan kontekstual lebih tepat dari pendekatan tekstual, karena kita hidup dizaman modern.
Sedangkan bagi yang tidak mampu melaksanakan puasa, sebagaimana yang diterangkan dalam beberapa Hadits riwayat 'Aisyah adalah : orang-orang tua, ibu-ibu hamil dan yang sedang menyusui. Solusinya adalah dengan membayar fidyah kepada orang-orang miskin. Bila dianalogkan 1 mud menurut hadits Nabi adalah 1 liter. Inilah salah satu ibadah mahdloh yang berimplimentasikan dan boleh diganti dengan ibadah sosial, sebaliknya ibadah sosial tidak bisa diganti dengan ibadah mahdlah.
Makna " tathawwu' " : pertama, berderma lebih. Kedua, melakukan ibadah lebih banyak.
Mukhatabun (yang diajak bicara) oleh Allah dalam ayat
وَ أَنْ تَصُوْمُوا خَيْرٌ لَكُمْ

Adalah selain orang-orang yang sakit, bepergian dan yang tidak mampu menjalkankan puasa yang diizinkan secara syar'i.
Tujuan Puasa
Tujuan utamanya adalah menjaga hubungan hamba dengan Allah SWT atau taqwa. Ali Bin Abi Thalib menmformulasikan taqwa :
1. الخَوْفُ مِنَ الجَلِيْلِ : Takut kepada Yang Maha Agung
2. العَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ : Melaksanakan yang diturunkan (Al Qur'an)
3. الرِّضَى بِالقَلِيْلِ : Ridla dengan yang sedikit
4. الاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ : Mempersiapkan untuk hari perpisahan/kematian

___________________
Disampaikan dalam kegiatan peningkatan ketaqwaan di bulan Ramadlan bagi guru-guru yang beragama Islam di gugus XI Cabang Dinas Dikpora Kecamatan Banjarsari, Saurakarta, Sabtu 13 Ramadlan 1929 H
source: <disini>

Terkait